Pendekatan Eksistensial-Humanistik berbasis nilai budaya kesenian pencak silat dalam mereduksi perilaku agresif

Fitri Haryanti P.

Abstract


Teori dan pendekatan konseling eksistensial-humanistik ini befokus pada manusia yaitu pada sifat dan kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik didalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Perilaku agresif adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Perilaku agresif pada pendekatan ini merupakan perilaku yang muncul akibat kecemasan dari suatu unsur dasar manusia, akibat kurangnya hubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan dalam mengaktualkan dirinya sebagai manusia. Pencak silat merupakan salah satu seni beladiri kebudayaan Indonesia berisi tentang pendidikan yang berkembang di masyarakat. Silat berfungsi sebagai sarana pendidikan jasmani dan rohani untuk membentuk sosok hidup yang mampu menghargai dan mengamalkan nilai-nilai moral. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai nilai budaya kesenian pencak silat yang dapat mereduksi perilaku agresif pada individu melalui pendekatan eksistensial-humanistik.

 

This theory of existential-humanistic counseling approaches focuses on human beings on human nature and conditions that include the ability to be self-aware, free to choose self-determination, freedom and responsibility, anxiety as a basic element, the search for a unique meaning in an uninhabited world meaningful, being alone and in contact with others of infinity and death, and self-actualizing tendencies. This approach emphasizes an attitude that emphasizes understanding of humans. Aggressive behavior is a behavior intended to harm or injure other sentient beings who are compelled to avoid that behavior. Aggressive behavior in this approach is a behavior that arises from anxiety of a basic human element, due to lack of relationship with others, and inability to actualize himself as a human being. Pencak silat is one of Indonesian culture martial art containing about education that developed in society. Silat serves as a means of physical and spiritual education to form a living person who can appreciate and practice moral values. This study aims to gain an understanding of the cultural value of martial arts art that can reduce adresive behavior on the individual through an existential-humanistic approach.


Keywords


Pendekatan Eksistensial-Humanistik, Kesenian Pencak Silat, Perilaku Agresif.

Full Text:

PDF

References


Alexander, Howard., Quintin Chambers., and Donn F. Draeger. (1972). Pentjak SIlat The Fighting Art of Indonesian Fighting Art. Tokyo : Kodansha

Corey, Gerald. (2013). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (9thedition). California: Brooks/Cole

I Nyoman Gede D.M. (2018). Perbedaan Agresivitas Remaja yang Mengikuti Olahraga Beladiri Pencak Silat dan yang Tidak Mengikuti Olahraga Beladiri Pencak Silat Ditinjau dari Efikasi Diri di Denpasar. (Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana).

Kementerian Kesehatan RI. Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009.

Maalouf, Amin. (2000). In the Name of Identity. USA : Penguin Group.

Mahmudah, Siti. (2012). Psikologi Sosial Teori dan Model Penelitian. Malang: UIN Maliki PRESS.

Mila Mardotillah, & Dian Mochammad Zein. (2017). Silat: Identitas Budaya, Pendidikan, Seni Bela Diri, dan Pemeliharaan Kesehatan. Isu-Isu Sosial Budaya: Jurnal Antropologi, 18(2), 121-133.

Myers, D.G. (2010). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). (Terjemahan Tri Wibowo B.S.). Jakarta: Kencana.

Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno, Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Subroto, Joko., Moh. Rohadi. (1996). Kaidah-Kaidah Pencak Silat Seni yang Tergabung dalam IPSI. Solo: CV Aneka.

Suryo, Ediyono. (2014). Makna Seni dalam Beladiri Pencak Silat. Etnografi: Jurnal Penelitian Budaya Etnik, XIV (2), 419-486.

Wilson (2015) Martial arts and the body politic in indonesia. Beaverton: Ringgold Inc. Retrieved from https://search.proquest.com/docview/1688712754?accountid=38628[05/11/2016].


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling) terindek oleh: