Pendekatan Eksistensial Humanistik berbasis nilai budaya gotong-royong untuk meningkatkan empati siswa Sekolah Menengah Atas

Rizka Eliza Pertiwi

Abstract


Masa remaja merupakan masa-masa paling krusial karena pada masa ini terjadi kegoncangan perilaku, terutama di dalam melepaskan nilai-nilai yang lama dan memperoleh nilai-nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan. Realita permasalahan yang dihadapi remaja sekarang ini banyak kaitannya dengan masalah kepribadian dan interaksi sosialnya, salah satunya adalah kurangnya sikap empati. Untuk itu sikap empati pada siswa perlu diasah, karena pada dasarnya sikap empati itu ada dalam diri setiap remaja, tetapi jika tidak diasah, maka kemampuan ini akan hilang. Salah satu nilai budaya yang ada di Indonesia yang dapat digunakan untuk merangsang sikap empati adalah gotong royong.  Dimana dengan adanya nilai gotong royong akan dapat menumbuhkan rasa empati sehingga remaja mampu berinisiatif untuk membantu orang lain dalam lingkungan sosial. Nilai-nilai budaya yang begitu mendalam sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakaat, berbangsa dan bernegara sudah sepatutnya dapat di internalisasikan dalam kehidupan remaja. Untuk meningkatkan empati remaja, salah satunya dapat dilakukan melalui bimbingan dan konseling dengan pendekatan eksistensial humanistik yang berfokus pada manusia sehingga dapat membantu remaja dalam mengartikan dan memperluas tujuan-tujuan hidup mereka. Tulisan ini mencoba untuk mengantarkan gagasan bagaimana pendekatan eksistensial-humanistik berbasis nilai gotong royong dapat  meningkatkan empati remaja.

Adolescence is the most crucial period because at this time of behavior shock occurs, especially in releasing old values and gain new values to achieve maturity. The reality of the problems faced by teenagers today has much to do with personality issues and social interactions, one of which is the lack of empathy. For that empathy attitude to students need to be honed, because basically the empathy attitude is in every teenager, but if not honed, then this ability will be lost. One of the cultural values that exist in Indonesia that can be used to stimulate the attitude of empathy is gotong royong. Where with the value gotong royong will be able to grow a sense of empathy so that teenagers can take the initiative to help others in the social environment. Cultural values are so profound as a guideline in the life of society, nation and state can be properly internalized in adolescent life. To improve adolescent empathy, one can be done through counseling and counseling with humanistic-focused existential humanist approaches that can help adolescents to interpret and expand their life goals. This paper attempts to deliver the idea of how a value gotong royong based existential humanist approaches can enhance adolescent empathy


Keywords


Empati, Eksistensial-Humanistik, Remaja, Gotong-royong.

Full Text:

PDF

References


Akhmadi,A. (2013). Peningkatan Kesadaran Multikultural Konselor (Guru BK). Jurnal MUADDIB. 2(3).

Ali, (2009) Pengembangan Empati Anak Sebagai Dasar Pendidikan Moral. Jurnal Psikologi. 10(2). 124-132.

Arya Dwi Pamungkas, Rosyani dan Suandi. (2013). Kajian Nilai Sambatan Dalam Kehidupan Sosial Dan Kaitannya Dengan Keberlanjutan Masyarakat Desa Di Desa Meranti Jaya. Sosio Ekonomika Bisnis Vol 16. (2) (1-9).

Corey, G. (2013). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy(9th Edition). California: Books/Cole.

Destareni Belda Puspawuni Wewengkang, Moordiningsih. (2016). Studi Fenomenologi Konteks Budaya Jawa dan Pengaruh Islam: Situasi Psikologis Keluarga dalam Membangun Empati Pada Remaja. Jurnal Indigenous Vol. 1, No. 1, (1-11).

Dewi Angraini, Hijriyati Cucuani. (2014). Hubungan Kualitas Persahabatan Dan Empati Pada Pemaafan Remaja Akhir. Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1 (18-24).

Fernanda, Desi. (2003). Etika Organisasi Pemerintah. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Hasyim, M. M, dan Muhammad Farid. (2012). Cerita Bertema Moral dan Empati Remaja Awal. Jurnal Psikologi Volume 7 NO. 1. 501 – 508..

Hurlock, E. B. (1999). Perkembangan anak. Jilid 2. Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Kusnadi. (2006). Filosofi Pemberdayaan Pesisir. Bandung: Humaniora.

Loukia S. Lithoxoidou, Alexandros D. Georgopoulos. Anastasia Th. Dimitriou. (2017). “Trees have a soul too!” Developing Empathy and Environmental Values in Early Childhood. The International Journal of Early Childhood Environmental Education, 5(1), p. 68-88.

Nanda, I.A.S., Dantes, N.,& Antari, N.M. (2013). Pengaruh Implemetasi Konseling Eksistensial Humanistik dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan SelfEsteem siswa Teralienasi di Kelas VII SMP Negeri 6 Singaraja. Journal Undiksa Bimbingan Konseling. 1(2).

Rosjidan. (1988). Pengantar Teori-Teori Konseling. Jakarta: Direktorat Pendidikan Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Saputra, W.N.E. (2016). Indentifikasi Karakteristik Konselor Efektif Berdasarkan Tokoh Punakawan Bagong. Jurnal Konseling dan Pendidikan. 1(4), 59-66.

Sears, D.O; Fredman, J.L., dan Peplau, L. A. (1991). Psikologi sosial. Jilid 2. Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling) terindek oleh: